Senin, 05 Mei 2014

Kebahagiaan Semu




Dikala temeram hari mulai menampakkan dirinya, mentari yang lelah mulai tenggelam diufuk barat.
Kebahagiaan yang mengalir didalam keluarga kecilku muncul ketika semua berkumpul di dalam ruang keluarga untuk melepas lelah setelah seharian beraktifitas.
Dalam canda tawa yang kami lontarkan, tiba-tiba telepon genggam milik ayahku berbunyi. Keadaan berubah menjadi hening ketika ayahku mengangkat telepon genggamnya, dengan melihat kami semua yang terdiam, raut wajah ayahku tiba-tiba berubah yang tadinya penuh dengan senyuman sekarang malah menjadi kusut dan sedih.
Karena khawatir, kemudian Ibu menghampiri Ayah dan berkata “ Ada apa yah…?”, sapa Ibu dengan penasaran.
“ Tadi saudara kita, yaitu Budhe, dia mengabarkan bahwa kakek sakitnya sudah semakin kritis.”, jawab Ayah dengan gugup.
Kami semua menjadi terdiam dan kaget, keadaanpun berubah menjadi keharuan . kebahagiaan yang tengah kami rasakan seolah-olah semua itu lenyap dalam sekejap.
Tidak perlu banyak waktu kami menunggu, kemudian kami langsung menuju kerumah kakek.di perjalanan kami semua sangat cemas dengan keadaan kakek yang terfikirkan dipikan kami hanyalah kakek, kakek, dan kakek.
Tidak berapa lama kemudian, kami sampai di rumah kakek, dengan perasaan cemas yang sudah sangat mendalam tiba-tiba badanku bergemetar kita aku menginjakkan kakiku di rumah kakek. Tak tau bertanda apa itu, mungkin karena aku khawatir dengan keadaan kakek,.
Setelah itu kami langsung mengucapkan sala, “ Assalamu’alaikum….!”, seru Ayah mewakili kami.
“ Wa’alikumussalam….!”, jawab budheku dengan penuh cucuran air mata.
“ Kenapa mbak….? ”, tanya Ayahku dengan penasaran.
“ Nggak kenapa-napa, aku hanya tidak tega melihat keadaan Bapak seperti itu !”, Jawab Budheku dengan pasrah.
“ Sudah…sudah…mbak, jangan bersedih, Insya’allah Bapak pasti akan sembuh ! “, kata Ayah sangat optimis sambil memegang pundak budheku.
   Setelah itru kami menuju kekamar kakek yang teletak di kanan ruang keluarga. Ternyata, disana selain Budhe, sudah ada Bulekku dan Sepupuku.dengan penuh cucuran air mat, mereka melantunkan do’a-do’a untuk kakek supaya diberikan kesembuhan oleh Allah SWT.
   Aku sendiri tidak tega melihat keadaan kakek yang terbaring lemas di ranjang yang sudah lapuk, dengan badan yang sangat kurus dan tak berdaya. Tiba- tiba aku sendiri ikut menangis setelah melihat keadaan kakek.
 Setelah beberapa lama kemudian, aku berfikir “ lebih baik aku membacakan do’a saja untuk kakek daripada aku terus menangisi kakek.”, kataku didalam hati.
Setelah itu, aku membacakan do’a untuk kakek walaupun saat itu aku masih menetekan air mata. Di sela-sela aku membacakan do’a untuk kakek, Ayahku menanyai kakek. “ Pak…,Bapak yang sakit apa…..? “, Tanya Ayah dengan suara pelan dan lembut.
Kakek tidak mau menjawab, kami sekeluargapun semakin cemas dengan keaadaan kakek yang sekarang.
Kemudian Ayahku keluar dari kamar kakek, dan berbicara sebentar dengan Ibuku.
 “ Bu….,Bagaimana ini, kakek sudah begini keadaannya “ ,kata ayahku dengan raut muka yang cemas.
“ Kita bacakan do’a saja yah….,mungkin ini dapat membantu “,usul Ibuku.
“ ya sudah…,itu lebih baik…! ”, Ayah menjawab setuju sambil menganggukkan kepalanya.
Dengan perasaan yang tidak lega, Ayah dan Ibuku kembali ke kamar kakek dan membacakan tahlil untuk membantu kesembuhan kakek.
Kami semua yang berada disana turut membacakan do’a dan menemani kakek. Tiba – tiba kakek berbicara sesuatu tetapi tidak terlalu jelas. Budheku yang berada disamping kakek sempat mendengar ucapan yang kakek lontarkan.
Ternyata kakek meminta minum. Kemudian Budhe menyuruhku untuk mengambil minuman di dapur.
“ Tha…, cepat tolong ambilkan minuman untuk kakek…..! ”, suruh Budheku.
“ Baik budhe….! “ jawabku dengan cepat.
Kemudian akupun bergegas ke dapur untuk mengambilkan minuman untuk kakek. Setelah itu kuberikan minuman yang telah aku ambil kepada Budhe.
“ Ini budhe minumannya…! “, kataku sambil menyerahkan segelas air.
Setelah itu di minumkanlah minuman itu oleh budhe kepada kakek secendok demi secendok, disela –sela itu Bulekku bertanya kepada Budhe , apakah minuman itu diminum oleh kakek atau tidak, karena Bulek khawatir soalnya dari kemarin kakek  belum makan apa – apa.
“ Mbak…., minumannya diminum atau ndak…? ”, Tanya bulek penasaran.
“ Di minum tapi hanya sedikit – sedikit ! ”, jawab Budhe apa adanya.
“ Ow begitu…, ya sudah ! “, kata Bulek pasrah.
Tidak berapa lama setelah itu, para tetangga berdatangan untuk menjenguk kakek, mereka juga sangat prihatin dengan keadaan kakek yang semakin memburuk. Dengan perasaan iba mereka membacakan do’a untuk kakek, agar kakek diberi kekuatan oleh Allah SWT.
Pada saat itu, ada seorang tetangga yang menanyakan keadaan kakek.
“ Bagaimana dengan keadaan mbah kus…? “, ujar tetangga itu.
“ Ya beginilah…., keadaan bapak semakin memburuk ! ”, jawab Budheku pasrah sambil mengusap air matanya.
“ Apakah sudah diperiksakan ke dokter…? “, Tanya tetangga itu lagi.
“ Sudah…., tapi keaadaannya masih tetap begini…,! “, jawab Budhe
“ Ya sudah…, bersabarlah saja mbak, mungkin hanya berdo’alah yang dapat kita lakukan untuk mbah kus. “, Ujar tetangga tersebut.
Kami semua memang bisa mendo’akan kakek, dan menemani di sampingnya. Sampai pagi harinya keadaan kakek masih tetap kritis, dan malah semakin memburuk. Kami semuapun panik, sedangkan pada saat itu hanya ada Budhe, Bulek, dan aku yang menemani kakek, karena yang lain sedang bekerja.
Karena khawatir, budhe mengundang seorang dokter untuk memeriksa keadaan kakek. Sesampainya dokter itu di rumah kakek, lalu kakekpun di periksa oleh dokter tersebut. Setelah beberapa menit berlalu, dokter selesai memeriksa kakek dan Budheku cepat – cepat menanyakan keadaan kakek.
“ Bagaimana dengan keadaan bapak saya dok…? “, Tanya Budhe penasaran sambil menahan tangisnya karena cemas.
“ Begini bu…, Ibu hanya bisa berdo’a saja, mudah – mudahan mbah kus mendapat kesembuhan dari Allah SWT, karena saya sudah tidak bisa berbuat apa – apa lagi, walaupun nanti saya kasih obat ya, mbah kus mngkin tidak bisa memakannya Karena keadaanya sudah semakin lemas, malah nanti hanya membuat tambah sakit….! “, ujar dokter tersebut.
Mendengar perkataan dokter seperti itu, hati Budhe semakin sakit karena sangat cemas dengan keadaan kakek, aku dan Bulekku juga ikut khawatir dengan kakek. Suasana disana mulai panas dengan di selimuti keharuan karena tangisan air mata kami.
Kami hanya bisa mendo’akan kakek, aku sendiri terus melantunkan do’a – do’a untuk kakek, walaupun mataku tidak bisa menahan air mata yang terus mengalir sedangkan Budhe dan Bulek menuntun kakek untuk melantunkan lafad – lafad Allah.
“ Pak…!, Istighfar pak…!, Laailaaha illallah…!, “ seru pelan Budhe dan Bulek di samping kakek samil memegang tangan kakek.
Ternyata kakek sudah tidak bisa berbicara lagi, beliau hanya diam tanpa kata . Budhe semakin tambah cemas. Setelah membacakan do’a untuk kakek, Budhe menyuruhku untuk menelfon Ayah dan yang lainnya.
“ Tha…, tolong bapak di telpon, kabari untuk suruh pulang sekarang…! “, suruh budhe sambil menangis.
“ Baik Budhe, aku akan segera menlpon Ayah ! “, Jawabku gugup.
Dengan badan bergemetar, akupun mengambil handphone dan langsung menelpon Ayahku.
“ Assalamu’alaikum…! “, salamku.
“ Wa’alaikumussalam…! “, Jawab Ayahku.
“ Yah…, cepat pulang soalnya keadaan kakek sudah semakin memburuk ! “, Suruhku sambil meneteskan air mata.
“ Ya ya…, Ayah akan segera pulang…! “, Jawab ayah panik.
Semakin lama keadaan kakek sudah semakin lemas, badannya sudah mulai dingin dan pucat, beliau juga sudah tidak berbicara lagi.
Dengan penuh kepanikan semuanya terus berdo’a untuk kakek. Namun, apa boleh buat, kami sudah berusaha semampu kami, kamipun tidak bisa menolak takdir yang Allah sudah tetapkan.
Waktu terus berjalan…,saat itu sekitar jam 10, tiba- tiba badan kakek menjadi kaku dan pucat sekali. Kemudian Budhe, memeriksa denyut jantung kakek, Ternyata nyawa kakek sudah tidak ada lagi, beliau sudah di panggil ke Rahmatullah…,
Suasana di sanapun sudah di selimuti jerit tangis yang tiada henti karena kepergian kakek. Tetangga yang dekat dengan rumah kakek juga hadir disana, mereka berusaha mentabahkan kami, untuk tidak terus terpuruk dalam kesedihan.
Setelah itu kakek dibawa keruang tamu untuk menunggu proses pemandian. Sambil menunggu alat – alat yang akan di gunakan untuk proses pemandian dan pemakaman jenazah  kakek datang. Dengan di temani anggota keluarga yang lain, Akupun tetap berdo’a disamping jenazah kakek.
Setelah membacakan do’a untuk kakek, kemudian aku di suruh Budhe untuk meminta sodaqoh bunga – bunga dari tetangga, sebagai wangi – wangian dalam pemandian dan penguburan jenazah kakek.
Setelah semua alat dan bahan siap jenazah kakek siap untuk di mandikan. Ayah, Paman, dan anak kakek yang lain bertugas membopong jenazah kakek untuk di mandikan.
Dengan di beri arahan oleh Bapak moden, se gayung demi segayung air kami siramkan ke badan kakek sambil melantunkan kalimat – kalimat Sholawat dan Dzikir. Pada saat itu suasana menjadi hening, semua mengalirkan air mata walaupun kami berusaha untuk menahannya.
Setelah selesai di mandikan, kemudian jenazah kakekpun di kafani oleh Bapak moden. Kemudian, Bapak moden membacakan do’a – do’a terakhir sebelum jenazah kakek di makamkan. Tetapi sebelumnya Bapak moden meminta pihak keluarga kami untuk ikhlas dan tabah melepas kakek.
Selain itu aku pun terharu ketika Bapak moden meminta para tetangga untuk ikhlas mema’afkan semua kesalahan yang pernah kakek buat. Teringat juga mungkin aku juga pernah berbuat kesalahan kepada kakek.
Dengan penuh keikhlasan walupun kami masih menangis haru. Kamipun rela melepas kakek untuk kembali ke pangkuan-Nya.
Kemudian para tetangga dan keraba yang berziarah ke rumah kakek, ikut mengiring kakek ke pemakaman, tetapi sebelumnya jenazah kakek di sholatkan di masjid Baitussalam dekat rumah kakek terlebih dahulu .
Setelah selesai di sholatkan, jenazah kakekpun langsung di berangkatkan ke pemakaman untuk peristirahatan terakhir kakek. Sambil membawa sekeranjang bunga ,aku dan sepupuku ikut mengiring kakek ke pamakaman.
Setelah selesai di pemakaman, kakekpun di makamkan di liang lahat yang sudah di persiapkan, terakhir, kakekpun di bacakan do’a – do’a yang di pimpin oleh Bapak moden.
Sungguh sebenarnya aku sangat sedih karena meninggalnya kakek, tapi ini mungkin sudah takdir Allah SWT, aku hanya bisa berdo’a mudah – mudahan kakek di terima di sisi Allah. Amin…!

SELESAI…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar