Dikala
temeram hari mulai menampakkan dirinya, mentari yang lelah mulai tenggelam
diufuk barat.
Kebahagiaan
yang mengalir didalam keluarga kecilku muncul ketika semua berkumpul di dalam
ruang keluarga untuk melepas lelah setelah seharian beraktifitas.
Dalam
canda tawa yang kami lontarkan, tiba-tiba telepon genggam milik ayahku
berbunyi. Keadaan berubah menjadi hening ketika ayahku mengangkat telepon
genggamnya, dengan melihat kami semua yang terdiam, raut wajah ayahku tiba-tiba
berubah yang tadinya penuh dengan senyuman sekarang malah menjadi kusut dan
sedih.
Karena
khawatir, kemudian Ibu menghampiri Ayah dan berkata “ Ada apa yah…?”, sapa Ibu
dengan penasaran.
“
Tadi saudara kita, yaitu Budhe, dia mengabarkan bahwa kakek sakitnya sudah
semakin kritis.”, jawab Ayah dengan gugup.
Kami
semua menjadi terdiam dan kaget, keadaanpun berubah menjadi keharuan .
kebahagiaan yang tengah kami rasakan seolah-olah semua itu lenyap dalam
sekejap.
Tidak
perlu banyak waktu kami menunggu, kemudian kami langsung menuju kerumah
kakek.di perjalanan kami semua sangat cemas dengan keadaan kakek yang
terfikirkan dipikan kami hanyalah kakek, kakek, dan kakek.
Tidak
berapa lama kemudian, kami sampai di rumah kakek, dengan perasaan cemas yang
sudah sangat mendalam tiba-tiba badanku bergemetar kita aku menginjakkan kakiku
di rumah kakek. Tak tau bertanda apa itu, mungkin karena aku khawatir dengan
keadaan kakek,.
Setelah
itu kami langsung mengucapkan sala, “ Assalamu’alaikum….!”, seru Ayah mewakili
kami.
“
Wa’alikumussalam….!”, jawab budheku dengan penuh cucuran air mata.
“
Kenapa mbak….? ”, tanya Ayahku dengan penasaran.
“
Nggak kenapa-napa, aku hanya tidak tega melihat keadaan Bapak seperti itu !”,
Jawab Budheku dengan pasrah.
“
Sudah…sudah…mbak, jangan bersedih, Insya’allah Bapak pasti akan sembuh ! “,
kata Ayah sangat optimis sambil memegang pundak budheku.
Setelah itru kami menuju kekamar kakek yang
teletak di kanan ruang keluarga. Ternyata, disana selain Budhe, sudah ada
Bulekku dan Sepupuku.dengan penuh cucuran air mat, mereka melantunkan do’a-do’a
untuk kakek supaya diberikan kesembuhan oleh Allah SWT.
Aku sendiri tidak tega melihat keadaan kakek
yang terbaring lemas di ranjang yang sudah lapuk, dengan badan yang sangat
kurus dan tak berdaya. Tiba- tiba aku sendiri ikut menangis setelah melihat
keadaan kakek.
Setelah beberapa lama kemudian, aku berfikir “
lebih baik aku membacakan do’a saja untuk kakek daripada aku terus menangisi
kakek.”, kataku didalam hati.
Setelah
itu, aku membacakan do’a untuk kakek walaupun saat itu aku masih menetekan air
mata. Di sela-sela aku membacakan do’a untuk kakek, Ayahku menanyai kakek. “ Pak…,Bapak
yang sakit apa…..? “, Tanya Ayah dengan suara pelan dan lembut.
Kakek
tidak mau menjawab, kami sekeluargapun semakin cemas dengan keaadaan kakek yang
sekarang.
Kemudian
Ayahku keluar dari kamar kakek, dan berbicara sebentar dengan Ibuku.
“ Bu….,Bagaimana ini, kakek sudah begini
keadaannya “ ,kata ayahku dengan raut muka yang cemas.
“
Kita bacakan do’a saja yah….,mungkin ini dapat membantu “,usul Ibuku.
“ ya
sudah…,itu lebih baik…! ”, Ayah menjawab setuju sambil menganggukkan kepalanya.
Dengan
perasaan yang tidak lega, Ayah dan Ibuku kembali ke kamar kakek dan membacakan
tahlil untuk membantu kesembuhan kakek.
Kami
semua yang berada disana turut membacakan do’a dan menemani kakek. Tiba – tiba
kakek berbicara sesuatu tetapi tidak terlalu jelas. Budheku yang berada
disamping kakek sempat mendengar ucapan yang kakek lontarkan.
Ternyata
kakek meminta minum. Kemudian Budhe menyuruhku untuk mengambil minuman di
dapur.
“
Tha…, cepat tolong ambilkan minuman untuk kakek…..! ”, suruh Budheku.
“
Baik budhe….! “ jawabku dengan cepat.
Kemudian
akupun bergegas ke dapur untuk mengambilkan minuman untuk kakek. Setelah itu
kuberikan minuman yang telah aku ambil kepada Budhe.
“
Ini budhe minumannya…! “, kataku sambil menyerahkan segelas air.
Setelah
itu di minumkanlah minuman itu oleh budhe kepada kakek secendok demi secendok,
disela –sela itu Bulekku bertanya kepada Budhe , apakah minuman itu diminum
oleh kakek atau tidak, karena Bulek khawatir soalnya dari kemarin kakek belum makan apa – apa.
“
Mbak…., minumannya diminum atau ndak…? ”, Tanya bulek penasaran.
“ Di
minum tapi hanya sedikit – sedikit ! ”, jawab Budhe apa adanya.
“ Ow
begitu…, ya sudah ! “, kata Bulek pasrah.
Tidak
berapa lama setelah itu, para tetangga berdatangan untuk menjenguk kakek,
mereka juga sangat prihatin dengan keadaan kakek yang semakin memburuk. Dengan
perasaan iba mereka membacakan do’a untuk kakek, agar kakek diberi kekuatan
oleh Allah SWT.
Pada
saat itu, ada seorang tetangga yang menanyakan keadaan kakek.
“
Bagaimana dengan keadaan mbah kus…? “, ujar tetangga itu.
“ Ya
beginilah…., keadaan bapak semakin memburuk ! ”, jawab Budheku pasrah sambil
mengusap air matanya.
“
Apakah sudah diperiksakan ke dokter…? “, Tanya tetangga itu lagi.
“
Sudah…., tapi keaadaannya masih tetap begini…,! “, jawab Budhe
“ Ya
sudah…, bersabarlah saja mbak, mungkin hanya berdo’alah yang dapat kita lakukan
untuk mbah kus. “, Ujar tetangga tersebut.
Kami
semua memang bisa mendo’akan kakek, dan menemani di sampingnya. Sampai pagi
harinya keadaan kakek masih tetap kritis, dan malah semakin memburuk. Kami
semuapun panik, sedangkan pada saat itu hanya ada Budhe, Bulek, dan aku yang
menemani kakek, karena yang lain sedang bekerja.
Karena
khawatir, budhe mengundang seorang dokter untuk memeriksa keadaan kakek.
Sesampainya dokter itu di rumah kakek, lalu kakekpun di periksa oleh dokter
tersebut. Setelah beberapa menit berlalu, dokter selesai memeriksa kakek dan
Budheku cepat – cepat menanyakan keadaan kakek.
“
Bagaimana dengan keadaan bapak saya dok…? “, Tanya Budhe penasaran sambil
menahan tangisnya karena cemas.
“
Begini bu…, Ibu hanya bisa berdo’a saja, mudah – mudahan mbah kus mendapat
kesembuhan dari Allah SWT, karena saya sudah tidak bisa berbuat apa – apa lagi,
walaupun nanti saya kasih obat ya, mbah kus mngkin tidak bisa memakannya Karena
keadaanya sudah semakin lemas, malah nanti hanya membuat tambah sakit….! “,
ujar dokter tersebut.
Mendengar
perkataan dokter seperti itu, hati Budhe semakin sakit karena sangat cemas
dengan keadaan kakek, aku dan Bulekku juga ikut khawatir dengan kakek. Suasana
disana mulai panas dengan di selimuti keharuan karena tangisan air mata kami.
Kami
hanya bisa mendo’akan kakek, aku sendiri terus melantunkan do’a – do’a untuk
kakek, walaupun mataku tidak bisa menahan air mata yang terus mengalir
sedangkan Budhe dan Bulek menuntun kakek untuk melantunkan lafad – lafad Allah.
“
Pak…!, Istighfar pak…!, Laailaaha illallah…!, “ seru pelan Budhe dan Bulek di
samping kakek samil memegang tangan kakek.
Ternyata
kakek sudah tidak bisa berbicara lagi, beliau hanya diam tanpa kata . Budhe
semakin tambah cemas. Setelah membacakan do’a untuk kakek, Budhe menyuruhku
untuk menelfon Ayah dan yang lainnya.
“
Tha…, tolong bapak di telpon, kabari untuk suruh pulang sekarang…! “, suruh
budhe sambil menangis.
“ Baik
Budhe, aku akan segera menlpon Ayah ! “, Jawabku gugup.
Dengan
badan bergemetar, akupun mengambil handphone dan langsung menelpon Ayahku.
“
Assalamu’alaikum…! “, salamku.
“
Wa’alaikumussalam…! “, Jawab Ayahku.
“
Yah…, cepat pulang soalnya keadaan kakek sudah semakin memburuk ! “, Suruhku
sambil meneteskan air mata.
“ Ya
ya…, Ayah akan segera pulang…! “, Jawab ayah panik.
Semakin
lama keadaan kakek sudah semakin lemas, badannya sudah mulai dingin dan pucat,
beliau juga sudah tidak berbicara lagi.
Dengan
penuh kepanikan semuanya terus berdo’a untuk kakek. Namun, apa boleh buat, kami
sudah berusaha semampu kami, kamipun tidak bisa menolak takdir yang Allah sudah
tetapkan.
Waktu
terus berjalan…,saat itu sekitar jam 10, tiba- tiba badan kakek menjadi kaku
dan pucat sekali. Kemudian Budhe, memeriksa denyut jantung kakek, Ternyata
nyawa kakek sudah tidak ada lagi, beliau sudah di panggil ke Rahmatullah…,
Suasana
di sanapun sudah di selimuti jerit tangis yang tiada henti karena kepergian kakek.
Tetangga yang dekat dengan rumah kakek juga hadir disana, mereka berusaha
mentabahkan kami, untuk tidak terus terpuruk dalam kesedihan.
Setelah
itu kakek dibawa keruang tamu untuk menunggu proses pemandian. Sambil menunggu
alat – alat yang akan di gunakan untuk proses pemandian dan pemakaman
jenazah kakek datang. Dengan di temani
anggota keluarga yang lain, Akupun tetap berdo’a disamping jenazah kakek.
Setelah
membacakan do’a untuk kakek, kemudian aku di suruh Budhe untuk meminta sodaqoh
bunga – bunga dari tetangga, sebagai wangi – wangian dalam pemandian dan
penguburan jenazah kakek.
Setelah
semua alat dan bahan siap jenazah kakek siap untuk di mandikan. Ayah, Paman,
dan anak kakek yang lain bertugas membopong jenazah kakek untuk di mandikan.
Dengan
di beri arahan oleh Bapak moden, se gayung demi segayung air kami siramkan ke
badan kakek sambil melantunkan kalimat – kalimat Sholawat dan Dzikir. Pada saat
itu suasana menjadi hening, semua mengalirkan air mata walaupun kami berusaha
untuk menahannya.
Setelah
selesai di mandikan, kemudian jenazah kakekpun di kafani oleh Bapak moden.
Kemudian, Bapak moden membacakan do’a – do’a terakhir sebelum jenazah kakek di
makamkan. Tetapi sebelumnya Bapak moden meminta pihak keluarga kami untuk
ikhlas dan tabah melepas kakek.
Selain
itu aku pun terharu ketika Bapak moden meminta para tetangga untuk ikhlas
mema’afkan semua kesalahan yang pernah kakek buat. Teringat juga mungkin aku
juga pernah berbuat kesalahan kepada kakek.
Dengan
penuh keikhlasan walupun kami masih menangis haru. Kamipun rela melepas kakek
untuk kembali ke pangkuan-Nya.
Kemudian
para tetangga dan keraba yang berziarah ke rumah kakek, ikut mengiring kakek ke
pemakaman, tetapi sebelumnya jenazah kakek di sholatkan di masjid Baitussalam
dekat rumah kakek terlebih dahulu .
Setelah
selesai di sholatkan, jenazah kakekpun langsung di berangkatkan ke pemakaman
untuk peristirahatan terakhir kakek. Sambil membawa sekeranjang bunga ,aku dan
sepupuku ikut mengiring kakek ke pamakaman.
Setelah
selesai di pemakaman, kakekpun di makamkan di liang lahat yang sudah di
persiapkan, terakhir, kakekpun di bacakan do’a – do’a yang di pimpin oleh Bapak
moden.
Sungguh
sebenarnya aku sangat sedih karena meninggalnya kakek, tapi ini mungkin sudah
takdir Allah SWT, aku hanya bisa berdo’a mudah – mudahan kakek di terima di
sisi Allah. Amin…!
SELESAI…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar