Membahas sedikit tentang sebuah hal yang kadang tak pernah diperhatikan oleh orang lain terkait dengan babakan Demokrasi di Indonesia khususnya yang berdasarkan atas Ketuhanan YME, berikut ini sedikit pemikiran saya mengenai hal tersebut :
1.
Pengertian
Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Sebelum
membahas mengenai demokrasi berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa, alangkah
baiknya kita menelisik lebih dahulu terkait dengan demokrasi pancasila, kenapa
perlu membahas hal demikian?, karena melihat dari latar belakang sejarah
demokrasi berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa adalah bagian dari demokrasi
pancasila yang digunakan sebagai ideologi bangsa Indonesia. Demokrasi Pancasila adalah suatu paham demokrasi yang bersumber pada kepribadian
dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang digali dari kepribadian bangsa Indonesia
sendiri yaitu Pancasila. Pancasila
dijadikan dasar falsafah negara, yakni dasar pengembangan dan pelaksanaan
demokrasi yang berjalan di Indonesia. Dalam Pancasila terkandung
prinsip-prinsip demokrasi bukan prinsip-prinsip kediktatoran. Dengan demikian,
sistem politik yang sesuai dengan situasi dan kondisi Negara Indonesia adalah
sistem politik demokrasi Pancasila.
Berbicara mengenai demokrasi berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa berarti berbicara mengenai “Keadilan”,maksud dari keadilan disini adalah bahwa Indonesia
memberi kebebasan kepada rakyat dalam hal memeluk agama dan kepercayaannya
masing-masing. Terkait tentang keadilan tersebut juga membuktikan bahwa
Indonesia adalah negara yang berhukum, salah satu pilar
untuk bisa dikatakan negara hukum adalah adanya pengadilan yang merdeka, bebas,
independen dan melahirkan putusan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa tersebut.
Dikuatkan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman jelas diterangkan bahwa “Peradilan dilakukan
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” mempunyai makna bahwa segala
putusan yang diambil harus mampu memberikan rasa keadilan yang berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa pada masyarakat. Makna Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa ini sangat luas dan penting, karena tidak hanya
berkaitan dengan para pencari keadilan saja, namun juga erat kaitannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa sang pencipta hidup. Tidak saja melingkupi tanggung jawab seseorang
kepada pencari keadilan dan masyarakat namun secara spiritual juga melingkupi
tanggung jawab seseorang tersebut kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Indonesia
merupakan negara yang sangat menjunjung tinggi rasa keadilan terutama terhadap
keberagaman agama, terlihat dari pasal diatas perubahan pedoman bangsa yang
tercantum dalam pancasila sendiri sudah menjadi bukti nyata adanya keadilan
tersebut. Dulu Indonesia menggunakan ideology yang masih mencantumkan bahwa
“Ketuhanan, berdasarkan syariat-syariat Islam bagi para pemeluknya” tetapi
sekarang sudah menggunakan ideology yang menyebutkan bahwa “Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Hal itu membuktikan, Indonesia sudah mulai memperhatikan keberagaman
agama rakyatnya.
Dengan
ditambah prinsip Demokrasi yang menyebutkan bahwa Negara berasal dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat tersebut mampu menjadi dorongan yang begitu besar
untuk pemerintah dalam menanggapi segala perbedaan yang ada pada rakyatnya dan
menampung segala aspirasi yang berbeda-beda dari rakyatnya pula dalam ringkasan
satu ideology.
Dari
rujukan tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mempunyai arti bahwa
seluk-beluk sistem serta perilaku penyelenggaraan kenegaraan RI ini haruslah
taat asas, konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar
Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai pedoman yang dinyatakan di dalam Kitab Suci
atau ajaran dari kepercayaannya masing-masing. Dalam kehidupan bermasyarakat
akan tercipta suatu ketentraman, apabila nasyarakatnya religious dan menerapkan
nilai-nilai budi pekerti dan aturan-aturan perilaku yang dibangun secara
kongnitif, efektif, psikomotor dan keterampilan.
Semua aktifitas yang bersangkutan dengan
religi berdasarkan atas getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan.
Emosi keagamaan biasanya pernah dialami oleh manusia sehingga mendorong kepada
setiap manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan aturan
agama yang dianutnya.
Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan
selalu mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu
diantara pengikutnya. Berdasarkan hal tersebut, emosi keagamaan merupakan unsur
penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur lainnya yaitu:
a) sistem keyakinan,
b) sistem upacara keagamaan,
c) suatu umat yang
menganut religi tersebut.
Sedangkan
dengan adanya demokrasi yang berketuhanan Yang Maha Esa berarti Indonesia
sangat memberikan toleransinya kepada masyarakat Indonesia untuk memeluk agama
dan kepercayaannya masing-masing. Kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara
yang sangat kaya akan keberagaman, mulai dari adat istiadat, suku, bahasa, ras,
pakaian adat, lagu daerah, makanan khas, dan khususnya Agama. Agama mempunyai
peran yang begitu penting dalam proses integrasi bangsa, karena banyaknya agama
yang berbeda-beda di Indonesia seperti agama Islam, Hindhu, Budha, Kristen,
Katholik, dan Kong Hu Chu kadang akan menimbulkan konflik dan perpecahan.
Namun, dengan adanya demokrasi yang berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa yang
diterapkan di Indonesia mampu memberi peluang yang sangat besar untuk
menyatukan perbedaan antar agama. Selain itu juga, kita tahu bahwa negara
Indonesia adalah negara pluralisme dengan adanya Demokrasi berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa tersebut membuktikan bahwa negara Indonesia bukanlah
negara yang membeda-bedakan terutama dalam pelaksanaan pemerintahannya, kita
dapat melihat dari contoh nyata adanya partai politik di Indonesia yang terdiri
bukan hanya partai umum saja, namun ada sebagian partai Islam yang ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan roda pemerintahan. Hal itu membuktikan, bahwa
negara Indonesia merupakan negara yang bukan mendirikan prinsip berbasis agama,
tetapi mendirikan negara yang berprinsip pada keterbukaan dalam segala
aspeknya.
2. Kelebihan dan Kekurang Demokrasi
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Kelebihan Demokrasi Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan
adanya Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti :
1. Mengembangkan
sifat hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda dengan berpedoman pada prinsip Ketuhanan Yang
Maha Esa.
2. Memberi
peluang kepada semua masyarakat yang berbeda agama dan kepercayaan untuk tetap
berpartisipasi dalam jalannya roda pemerintahan.
3. Tidak
melarang semua umat yang berbeda agama dan kepercayaan untuk mendirikan tempat
ibadah dan melaksakan semua aturan yang digunakannya dalam proses menjalakan
ibadah.
4. Tidak
memaksakan seseorang yang beragama dan berkepercayaan untuk menganut agama atau
kepercayaan yang lain.
5. Mengembangkan
sikap kerukunan dan tolong menolong antar umat yang berbeda agama dan
kepercayaan.
6. Menyatukan
segala aspek yang ada pada aliran-aliran agama dan kepercayaan yang
berbeda-beda untuk mencegah adanya perpecahan.
b. Kekurangan Demokrasi Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan
adanya Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa kadang menimbulkan
berbagai kontra diantaranya yaitu :
1. Contoh
pengajaran di sekolah, para murid biasanya diajari nilai moral Pancasila yang
diantaranya menyatakan bahwa hakikatnya semua agama mengajarkan kebaikan.
Akibat dari pernyataan tersebut, dalam diri siswa tertanan pemahaman bahwa
kelima agama di Indonesia adalah sama – yaitu sama-sama mengajarkan kebaikan.
Sila pertama sebenarnya juga bermasalah, di dalam dunia pendiikan Ketuhanan
Yang Maha Esa, tidak pernah dijelaskan Tuhan yang mana? Dari segi kata memang
itu tampak sesuai dengan Tauhid. Yang menjadi masalah adalah yang dimaksud
Ketuhanan itu adalah Tuhan yang fleksibel yang diterima oleh semua kalangan dan
kepercayaan. Namun, pada kenyataannya mereka beranggapan bahwa yang dimaksud
ketuhanan itu adalah tuhan yang mereka anut saja.
2. Menimbulkan
konflik atau masalah yang ditimbulkan dari perbedaan pendapat dari umat yang
berbeda agama dan kepercayaan.
3. Penerapan
dalam kehidupan terkait dengan Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Berbicara terkait
dengan penerapan-penerapan dalam kehidupan sehari-hari mengenai Demokrasi
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sangat menimbulkan pengaruh diberbagai
bidang, pengaruh tersebut juga tak lekat dari nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila terutama sila-1 Ketuhanan Yang Maha Esa, diantaranya yaitu:
1. Dalam Bidang Politik :
a. Pemerintah
menerima segala aspirasi rakyat dan segenap perilaku rakyat demi mewujudkan
cita-cita dan tujuan negara tanpa memandang latar belakang yang berbeda
khususnya keberagaman agama dan kepercayaan.
b. Menerima
berbagai pendapat dan masukan yang diberikan oleh rakyat yang mempunyai
keberagamn agama dalam proses musyawarah untuk mencapai mufakat tanpa
menghilangkan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa.
c. Dengan
adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mampu menghindari
sikap menghalang-halangi orang yang akan berpartisipasi dalam kehidupan
demokrasi.
2. Dalam Bidang Hukum :
a. Dengan
adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mampu menanamkan
nilai-nilai kesadaran hukum dan menta’ati hukum dalam kehidupan sehari-hari
dilingkup keberagaman agama masyarakat.
b.Dengan
adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mewujudkan
perlindungan hokum dan kepastian hokum dalam peradilan tanpa memandang latar
belakang keberagaman agama masyarakat.
c. Dengan
adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mampu menghindari
berbagai perbuatan main hakim sendiri dan mengagung-agungkan agamanya sendiri.
3. Dalam Bidang Budaya :
a. Dengan
adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mampu memberikan
toleransi terhadap pelaksanaan adat-istiadat diberbagai keberagaman agama.
b. Dengan
adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mampu menimbulkan
sikap hormat-menghormati keberagaman agama dalam hal pelaksanaan budayanya
tanpa meninggalkan sikap saling terbuka.
c. Dengan
adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mampu menimbulkan
sikap ingin tahu dan belajar satu sama lain terkait dengan budaya yang ada
dalam keberagaman agama.
Makasih yaa :)
BalasHapus