Rabu, 25 Maret 2015

Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan YME

Membahas sedikit tentang sebuah hal yang kadang tak pernah diperhatikan oleh orang lain terkait dengan babakan Demokrasi di Indonesia khususnya yang berdasarkan atas Ketuhanan YME, berikut ini sedikit pemikiran saya mengenai hal tersebut :

1.      Pengertian Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

Sebelum membahas mengenai demokrasi berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa, alangkah baiknya kita menelisik lebih dahulu terkait dengan demokrasi pancasila, kenapa perlu membahas hal demikian?, karena melihat dari latar belakang sejarah demokrasi berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa adalah bagian dari demokrasi pancasila yang digunakan sebagai ideologi bangsa Indonesia. Demokrasi Pancasila adalah suatu paham demokrasi yang bersumber pada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang digali dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri yaitu Pancasila. Pancasila dijadikan dasar falsafah negara, yakni dasar pengembangan dan pelaksanaan demokrasi yang berjalan di Indonesia. Dalam Pancasila terkandung prinsip-prinsip demokrasi bukan prinsip-prinsip kediktatoran. Dengan demikian, sistem politik yang sesuai dengan situasi dan kondisi Negara Indonesia adalah sistem politik demokrasi Pancasila.
Berbicara mengenai demokrasi berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa berarti berbicara mengenai “Keadilan”,maksud dari keadilan disini adalah bahwa Indonesia memberi kebebasan kepada rakyat dalam hal memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing. Terkait tentang keadilan tersebut juga membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang berhukum, salah satu pilar untuk bisa dikatakan negara hukum adalah adanya pengadilan yang merdeka, bebas, independen dan melahirkan putusan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa tersebut. Dikuatkan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman jelas diterangkan bahwa “Peradilan dilakukan DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” mempunyai makna bahwa segala putusan yang diambil harus mampu memberikan rasa keadilan yang berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa pada masyarakat. Makna Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ini sangat luas dan penting, karena tidak hanya berkaitan dengan para pencari keadilan saja, namun juga erat kaitannya dengan Tuhan Yang Maha Esa sang pencipta hidup. Tidak saja melingkupi tanggung jawab seseorang kepada pencari keadilan dan masyarakat namun secara spiritual juga melingkupi tanggung jawab seseorang tersebut kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Indonesia merupakan negara yang sangat menjunjung tinggi rasa keadilan terutama terhadap keberagaman agama, terlihat dari pasal diatas perubahan pedoman bangsa yang tercantum dalam pancasila sendiri sudah menjadi bukti nyata adanya keadilan tersebut. Dulu Indonesia menggunakan ideology yang masih mencantumkan bahwa “Ketuhanan, berdasarkan syariat-syariat Islam bagi para pemeluknya” tetapi sekarang sudah menggunakan ideology yang menyebutkan bahwa “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal itu membuktikan, Indonesia sudah mulai memperhatikan keberagaman agama rakyatnya.
Dengan ditambah prinsip Demokrasi yang menyebutkan bahwa Negara berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat tersebut mampu menjadi dorongan yang begitu besar untuk pemerintah dalam menanggapi segala perbedaan yang ada pada rakyatnya dan menampung segala aspirasi yang berbeda-beda dari rakyatnya pula dalam ringkasan satu ideology.
Dari rujukan tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mempunyai arti bahwa seluk-beluk sistem serta perilaku penyelenggaraan kenegaraan RI ini haruslah taat asas, konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai pedoman yang dinyatakan di dalam Kitab Suci atau ajaran dari kepercayaannya masing-masing. Dalam kehidupan bermasyarakat akan tercipta suatu ketentraman, apabila nasyarakatnya religious dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti dan aturan-aturan perilaku yang dibangun secara kongnitif, efektif, psikomotor dan keterampilan.
    Semua aktifitas yang bersangkutan dengan religi berdasarkan atas getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan. Emosi keagamaan biasanya pernah dialami oleh manusia sehingga mendorong kepada setiap manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan aturan agama yang dianutnya.
    Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikutnya. Berdasarkan hal tersebut, emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur lainnya yaitu:
a) sistem keyakinan,
b) sistem upacara keagamaan,
c) suatu umat yang menganut religi tersebut.
Sedangkan dengan adanya demokrasi yang berketuhanan Yang Maha Esa berarti Indonesia sangat memberikan toleransinya kepada masyarakat Indonesia untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing. Kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keberagaman, mulai dari adat istiadat, suku, bahasa, ras, pakaian adat, lagu daerah, makanan khas, dan khususnya Agama. Agama mempunyai peran yang begitu penting dalam proses integrasi bangsa, karena banyaknya agama yang berbeda-beda di Indonesia seperti agama Islam, Hindhu, Budha, Kristen, Katholik, dan Kong Hu Chu kadang akan menimbulkan konflik dan perpecahan. Namun, dengan adanya demokrasi yang berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa yang diterapkan di Indonesia mampu memberi peluang yang sangat besar untuk menyatukan perbedaan antar agama. Selain itu juga, kita tahu bahwa negara Indonesia adalah negara pluralisme dengan adanya Demokrasi berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa tersebut membuktikan bahwa negara Indonesia bukanlah negara yang membeda-bedakan terutama dalam pelaksanaan pemerintahannya, kita dapat melihat dari contoh nyata adanya partai politik di Indonesia yang terdiri bukan hanya partai umum saja, namun ada sebagian partai Islam yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan roda pemerintahan. Hal itu membuktikan, bahwa negara Indonesia merupakan negara yang bukan mendirikan prinsip berbasis agama, tetapi mendirikan negara yang berprinsip pada keterbukaan dalam segala aspeknya.

2. Kelebihan dan Kekurang Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

a. Kelebihan Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan adanya Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti :
1. Mengembangkan sifat hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda dengan berpedoman pada prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Memberi peluang kepada semua masyarakat yang berbeda agama dan kepercayaan untuk tetap berpartisipasi dalam jalannya roda pemerintahan.
3. Tidak melarang semua umat yang berbeda agama dan kepercayaan untuk mendirikan tempat ibadah dan melaksakan semua aturan yang digunakannya dalam proses menjalakan ibadah.
4. Tidak memaksakan seseorang yang beragama dan berkepercayaan untuk menganut agama atau kepercayaan yang lain.
5. Mengembangkan sikap kerukunan dan tolong menolong antar umat yang berbeda agama dan kepercayaan.
6. Menyatukan segala aspek yang ada pada aliran-aliran agama dan kepercayaan yang berbeda-beda untuk mencegah adanya perpecahan.

b. Kekurangan Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan adanya Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa kadang menimbulkan berbagai kontra diantaranya yaitu :

1. Contoh pengajaran di sekolah, para murid biasanya diajari nilai moral Pancasila yang diantaranya menyatakan bahwa hakikatnya semua agama mengajarkan kebaikan. Akibat dari pernyataan tersebut, dalam diri siswa tertanan pemahaman bahwa kelima agama di Indonesia adalah sama – yaitu sama-sama mengajarkan kebaikan. Sila pertama sebenarnya juga bermasalah, di dalam dunia pendiikan Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak pernah dijelaskan Tuhan yang mana? Dari segi kata memang itu tampak sesuai dengan Tauhid. Yang menjadi masalah adalah yang dimaksud Ketuhanan itu adalah Tuhan yang fleksibel yang diterima oleh semua kalangan dan kepercayaan. Namun, pada kenyataannya mereka beranggapan bahwa yang dimaksud ketuhanan itu adalah tuhan yang mereka anut saja.
2. Menimbulkan konflik atau masalah yang ditimbulkan dari perbedaan pendapat dari umat yang berbeda agama dan kepercayaan.

3. Penerapan dalam kehidupan terkait dengan Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

Berbicara terkait dengan penerapan-penerapan dalam kehidupan sehari-hari mengenai Demokrasi Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sangat menimbulkan pengaruh diberbagai bidang, pengaruh tersebut juga tak lekat dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila terutama sila-1 Ketuhanan Yang Maha Esa, diantaranya yaitu:

1. Dalam Bidang Politik :
a. Pemerintah menerima segala aspirasi rakyat dan segenap perilaku rakyat demi mewujudkan cita-cita dan tujuan negara tanpa memandang latar belakang yang berbeda khususnya keberagaman agama dan kepercayaan.
b. Menerima berbagai pendapat dan masukan yang diberikan oleh rakyat yang mempunyai keberagamn agama dalam proses musyawarah untuk mencapai mufakat tanpa menghilangkan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa.
c. Dengan adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mampu menghindari sikap menghalang-halangi orang yang akan berpartisipasi dalam kehidupan demokrasi.
2. Dalam Bidang Hukum :
a. Dengan adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mampu menanamkan nilai-nilai kesadaran hukum dan menta’ati hukum dalam kehidupan sehari-hari dilingkup keberagaman agama masyarakat.
b.Dengan adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mewujudkan perlindungan hokum dan kepastian hokum dalam peradilan tanpa memandang latar belakang keberagaman agama masyarakat.
c. Dengan adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mampu menghindari berbagai perbuatan main hakim sendiri dan mengagung-agungkan agamanya sendiri.
3. Dalam Bidang Budaya :
a. Dengan adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mampu memberikan toleransi terhadap pelaksanaan adat-istiadat diberbagai keberagaman agama.
b. Dengan adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mampu menimbulkan sikap hormat-menghormati keberagaman agama dalam hal pelaksanaan budayanya tanpa meninggalkan sikap saling terbuka.
c. Dengan adanya prinsip demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mampu menimbulkan sikap ingin tahu dan belajar satu sama lain terkait dengan budaya yang ada dalam keberagaman agama.






1 komentar: